Kalam Keheningan
Telah kususun kalam keheningan
Sebelum malam dicekam kegelisahan
Merawat puisi pada selembar sabda nabi
Dan membaringkannya pada suhuf-suhuf suci
Pada ranah perjalanan yang tak mungkin terpuaskan
Hanya dengan setetes kepalsuan
Dimana lagi obat hati terpenuhi selain
Menenggelamkan pada keindahan, meskipun
Tak pernah menjadi kenyataan
Malang, 14 Ramadhon 1428
Mimpi Itu Bernama Kedamaian
Padahal musim dingin telah lama berlalu
Sedang di luar selembar hikayat mondar-mandir ditepis semilir angin
Menoreh desau yang pernah jatuh di sehelai daun tanpa embun
Sebelum akhirnya luruh bersama air mata pecinta
Tepat di jantung mimpi. Hingga pada saatnya
Sekelebat bintang membangunkan;
bahwa fajar telah hadir
Mengecambahkan mimpi. Mimpi tentang sebuah kehidupan
Yang kuberi nama "Kedamaian"
namun gigil itu
Telah membekukannya kembali dan hanya sisakan
Derit angin yang tak mampu lagi kukejar
Malang, 14 Ramadhan 1428
Ta’wil Mimpi
Bukanlah mimpi, melainkan kenyataan
Yang selama ini kurasakan namun tak kusadari
Lelaki itu adalah aku
Yang mondar-mandir dilanskap
Kemarau batin menggurun pasir
Linglung di pusara ard membaca
Lengkung jagad
Tertatih-tatih mencari arah matahari
Terbit dan tenggelam
Pada setapak nasib yang disetubuhi jurang
Bila kau lihat jurang itu disekelilingku, maka;
Jurang di depanku adalah ilusi pikiranku
pada masa depan
Jurang dibelakangku adalah halusinasi kedustaanku
pada tuhan
Jurang sebelah kananku adalah beban tanggung jawab
Terhadap orang-orang disekelilingku
Jurang sebelah kiriku adalah kebodohan dan ketidak berdayaanku
Pada diriku sendiri
Maka jangan terkejut bila-bila angin gurun datang
Membawa kabar dari malaikat maut
Bukankah adalah sebentuk kewajaran bila kematian ada disana?
Namun aku masih tetap berharap tuhan membawakan angin
Menerbangkan jasadku kembali ke rahim ibu
Atau Tuhan menganugrahi sayap dan terbang di angkasa
Impian ayahku.
Meski itu tidak mungkin terjadi padaku, tetapi
Tidak bagi Tuhan.
Malang, 14 Ramadhan 1428
jelaga Karam Di Tepi Dermaga
Bahwa ada jelaga karam di tepi dermaga
--- Nun jauh disana
Di permulaan bulan kembang
Mengembang simpul tertikam mawar
Mekarkan merah tanpa wangi
Meningkahi musim sepi
Duhai … pergilah !,
dan jangan pernah kembali
Warnai langit dengan gerimis dan tangis
Malang, 14 Ramadhan 1428